“ KAMIKAZE “
Dalam
perang Dunia II, Angkatan Udara Jepang memiliki skuardon tempur yang sangat
diandalkan, namanya Kamikaze. Orang Jepang mengartikannya sebagai ‘angin topan’
atau ‘angin Tuhan’. Nama ini berkisah dari sejarah orang Jepang pada abad
ke-13. Ketika itu, Jepang hendak diserang oleh pasukan Mongol yang datang dari
barat. Namun ajaibnya, muncul sebuah angin topan raksasa yang menghadang
perjalanan para pasukan Mongol ketika melakukan perjalanan. Dari hal itu, orang
Jepang menganggap Kamikaze sebagai hal yang keramat.
Pada sore
19 Oktober 1944, pangkalan udara Mabalacat, sebuah kota kecil di Luzon,
filiphina mendadak didatangi oleh Laksamana Madya takjiro Ohnishi. Inilah
halaman awal digagasnya Satuan Kamikaze.
Ohnishi,
perwira tinggi AL ini termasuk berpegang teguh pada sikap berperang sampai
mati. Ia dipengaruhi sekalli oleh kepercayaan mistis dan perhitungan
praktisakan kemungkinan hasilnya.
Skuardon
tempur Kamikaze terdiri dari pesawat-pesawat kecil dan ringan yang tugasnya
adalah mati bersama musuh sebanyak-banyaknya atau pulang menang. Pilot Kamikaze
masih banyak yang muda. Mereka dilatih secara singkat namun mendalam dan
disumpah mati setia kepada Kaisar. Pilot mengenakan pakaian seadanya.
Mengenakan topi kulit dengan kabin pesawat yang terbuka. Mengendarai pesawat
ringan untuk mengudara, menghadang, mencari, dan menghancurkan lawan dengan
menubrukkan dirinya. Pilot Kamikaze paling senang apabila mendapat terget kapal
induk lawan. Mereka senang apabila kematiannya dibarengi dengan hancurnya kapal
induk.
Pesawat
mereka bernama “Zero”. Lengkapnya bernama A6M Mitsubishi Zero atau disingkat
Zeke. Pesawat ini terbuat dari aluminium sehingga ringan dan dapat bergerak
lincah. Pesawat ini memiliki mesin tunggal yang dilengkapi dengan 2 senapan
mesin dan 2 kanon berukuran 20 mm, dtiambah pula sebuah bom seberat 550 pon
(sekitar 250 kg). Pesawat Zero adalah hasil rancangan Jiro Horikoshi pada tahun
1939. Selama perang, pabrik otomotif Mitsubishi telah memproduksi 10.000
pesawat Zero, namun tidak jelas berapa dari julmah tersebut yang tidak kembali
ke pangkalan.
Beberapa
kapal induk Sekutu berhasil ditenggelamkan oleh Kamikaze. Satu pilot Kamikaze
gugur, satu kapal induk tenggelam. Pada waktu itu, Kamikaze benar-benar menjadi
peluru yang dikendalikan oleh manusia, peluru berupa pesawat tempur lengkap
dengan pilotnya berbekal sebuah bom seberat 550 pound. Dengan gilanya Kamikaze
menyerbu dan menubrukkan dirinya ke kalap musuh membuat pasukan Sekutu
kocar-kacir.
Berikut peristiwa beserta gambar hasil kerusakan yang dihasilkan
pasukan Kamikaze:
*USS
Bunker Hill yang diserang di laut Filiphina pada tanggal 11 Mei 1945. Kapal
ditumbuk oleh 2 pesawat Zero. 400 orang lebih tewas dan 264 orang lebih
terluka. Salah satu pilotnya yang bernama Kiyoshi Ogawa yang menerbangkan
pesawat kedua wafat sebagai pahlawan.
*USS
Columbia (CL-56)yang diserang di Teluk Lingayen pada tanggal 6 Januari 1945.
Pada serangan pertama, 13 orang tewas dan 44 orang terluka. Namun ketika kapal
berlabuh dekat pantai, Kamiakze lain menyerang yang menyebabkan 25 orang tewas
dan 97 orang terluka.
*USS
Saratoga yang diserang pada tanggal 21 Februari 1945 oleh 6 pesawat Kamikaze.
Menyebabkan 123 kru tewas.
*USS
Missouri yang diserang pada tanggal 11 April 1945. Hanya menimbulkan kerusakan
ringan.
*USS
Interpid (CV-11) yang diserang pertama pada tanggal 30 Oktober 1944 oleh sebuah
pesawat Kamikaze. Menyebabkan 10 orang tewas dan 6 orang terluka. Kemudian
diserang kembali pada tanggal 25 November 1944. Menyebabkan 11 orang tewas.
Awalnya
terbentuk skuardon tempur Kamikaze ini bermula dari keadaan perang yang sudah
tidak menguntungkan pasukan Jepang. Jepang mengalami kekalahan di beberapa
front. Sehingga pada bulan Oktober 1944, Admiral Taijiro Onishi, Komandan
Pasukan Udara mengemukan gagasannya yang mengejutkan. Ia mengemukakan gagasan
untuk membentuk skuardon tempur angkatan udara yang ditugaskan mati mersama
musuh, skuardon itu bernama “Kamikaze”.
Taijiro
Onishi berkata “Hanya ada satu cara yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan
kekuatan kita sehingga mendapat hasil yang sebesar-besarnya. Yakni dengan
membentuk pasukan berani mati yang terdiri dari pesawat Zero yang dilengkapi
dengan bom seberat 550 pound. Tiap pesawat harus menghancurkan satu kapal
musuh!”. Ia sangat yakin bahwa serangan satu pesawat berani mati lebih
menguntungkan daripada serangan satu skuardon. Satu pesawat Zero harus
diimbangi dengan satu pesawat atau kapal musuh. Satu kematian pilot harus
diimbangi dengan hancurnya kapal lawan. Awalnya ide ini dianggap ide gila, namu
pada akhirnya pasukan Kamikaze berhasil dibentuk.
Tidak
hanya itu, ide ini menarik perhatian para pemuda yang sedang berkobar-kobar
ingin berperang. Sehingga jumlah sukarelawan yang berminat sampai sebanyak 3
kali jumlah pesawat Zero yang tersedia! Dengan pelatihan cepat, dan rasa
kesediaan mati demi Kaisar ditanamkan di setiap pilot Kamikaze. “Aku sangat
mengharapkan kesempatan yang sangat mulia ini, mati secara jantan!” ucap salah
satu pilot Kamikaze.
Hari-hari
terakhir bukan hari istimewa bagi sang pilot. Mereka menunggu tugas mengudara
dengan tenang, main kartu, mendengarkan musik, bahkan tak jarang yang asik
bercanda membicarakan maut. Tugas mengudara bisa datang setiap saat. Ada yang
langsung mendapat tugas mengudara sehabis latihan, dan ada pula yang mesti
menunggu selama berbulan-bulan. mereka menunggu tugas denga tenang, namun ada
pula yang mengeluarkan isi hatinya di saat-saat terakhir dengan menulis puisi
atau membaca riwayat pejuang zaman dahulu.
Para
pilot mendapat pelayanan istimewa dan penghormatan khusus dari masyarakat.
Bahkan ketika krisis pangan melanda Jepang karena perang yang lama bekecambuk,
pilot Kamikaze mendapat jatah makan istimewa. Para petugas pangkalan rela
menyerahkan jatah makannya kepada pilot dengan harapan agar para pilot tetap
fit dan selalu dalam kondisi siap perang. Seakan tidak ingin mengecewakan pasukan
yang akan mengemban ‘tugas suci’.
Sebelum
mengudara, para pilot melakukan upacara singkat, upacara terakhir sebelum ajal
tiba. Para pilot memberikan barang-barang milik pribadinya kepada sahabatnya.
Bahkan apabila sempat, mereka mengadakan toast bersama dengan komandan. Ada
juga yang menulis surat, mengrimkan salah satu miliknya sebagai kenang-kenangan
kepada keluarga. Bahkan ada yang mengirim sejumput rambut sebagai kenangan
terakhir.
Surat-surat
terakhir mereka biasanya romantis tapi penuh semangat heroik. Misalnya surat
dari salah satu pilot Kamikaze, Isao Matsuo (23 tahun) yang dikirimkan kepada
orang tuanya sebagai berikut:
“Ayah ibu harus bangga dengan saya. Ayah ibu harus mengucapkan
selamat kepada saya. Saya telah mendapat kesempatan yang sangat indah dan mulia
untuk mati. Hari ini hari terakhir saya. Nasib bangsa kita tergantung pada
pertempuran di laut selatan, dimana aku akan gugur seperti bunga-bunga. Saya
tergabung dalam kesatuan, 16 pesawat yang siap tempur. Semoga kematian kami
akan seindah dan sebening kristal. Hormat ananda.”
Bila
saat take-off tiba, para pilot mendapa briefing secara kilat, yakni berupa cara
terbaik untuk melumpuhkan kapal lawan. Setelah briefing, pilot menuju ke kapal
masing-masing. Ada yang membawa bendera, foto kekasih atau orang tua, atau
benda semacam jimat. Setiap pilot mendapat satu kotak makanan. Ketika saat
telah tiba, para pilot yang telah berada di kabin diberi perintah utama yang
berbunyi
“Jangan tergesa-gesa ingin mati. Kalau kalian tidak menemukan sasaran
yang tepat, pulanglah! Lain waktu kalian mungkin akan menemukan kesempatan yang
lebih bagus. Perhitungkanlah kematianmu baik-baik! Kematianmu harus
mendatangkan hasil yang maksimal!”.
Setelah
perintah, skuardon kamikaze melejit ke udara. Mencari mangsa dan mati
bersamanya. Tak ada seorangpun yang berharap mereka akan kembali. Tak ada
kalungan bunga, tak ada air mati
0 komentar:
Posting Komentar