Dampak
Positif dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia
NEGATIF
EKONOMI
Memasuki tahun 1944
tuntutan kebutuhan pangan dan perang makin meningkat.
Pemerintah Jepang mulai
melancarkan kampanye pengerahan barang dan menambah bahan pangan secara
besar-besaran yang dilakukan oleh Jawa Hokokai melalui nagyo kumiai (koperasi
pertanian), dan instansi pemerintah lainnya. Pengerahan bahan makanan ini
dilakukan dengan cara penyerahan padi atau hasil panen lainnya kepada
pemerintah. Dari jumlah hasil panen, rakyat hanya boleh memiliki 40 %, 30 %
diserahkan kepada pemerintah, dan 30 % lagi diserahkan lumbung untuk persediaan
bibit.
Tindakan pemerintah ini
menimbulkan kesengsaraan. Penebangan hutan (untuk pertanian) menyebabkan bahaya
banjir, penyerahan hasil panen dan romusa menyebabkan rakyat kekurangan makan,
kurang gizi, dan stamina menurun. Akibatnya, bahaya kelaparan melanda di
berbagai daerah dan timbul berbagai penyakit serta angka kematian meningkat
tajam. Bahkan, kekurangan sandang menyebabkan sebagian besar rakyat di
desa-desa telah memakai pakaian dari karung goni atau "bagor", bahkan
ada yang menggunakan lembaran karet.
MOBILITAS SOSIAL
Di samping menguras sumber
daya alam, Jepang juga melakukan eksploitasi tenaga manusia. Hal ini akan
membawa dampak terhadap mobilitas sosial masyarakat Indonesia. Puluhan hingga
ratusan ribu penduduk desa yang kuat dikerahkan untuk romusa membangun sarana
dan prasarana perang, seperti jalan raya, jembatan, lapangan udara, pelabuhan,
benteng bawah tanah, dan sebagainya. Mereka dipaksa bekerja keras (romusa)
sepanjang hari tanpa diberi upah, makan pun sangat terbatas. Akibatnya,banyak
yang kelaparan, sakit dan meninggal ditempat kerja.
PENDIDIKAN
Zaman pendudukan Jepang,
pendidikan di Indonesia mengalami kemerosotan drastis, jika dibandingkan zaman
Hindia Belanda. Jumlah sekolah dasar (SD) menurun dari 21.500 menjadi 13.500
dansekolah menengah dari 850 menjadi 20. Oleh Jepang sekolah-sekolah dan
perguruan-perguruan dijadikan tempat indoktrinasi. Melalui pendidikan dibentuk
kader-kader untuk memelopori dan melaksanakan konsepsi Kemakmuran Bersama Asia
Timur Raya. Sistem pengajaran dan struktur kurikulum ditujukan untuk keperluan
Perang Asia Pasifik
POSITIF
BIROKRASI
Pada pertengahan tahun
1943, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik mulai terdesak, maka Jepang memberi
kesempatan kepada bangsa Indonsia untuk turut mengambil bagian dalam
pemerintahan negara. Untuk itu pada tanggal 5 September 1943, Jepang membentuk
Badan Pertimbangan Karesidenan (Syu Sangi Kai) dan Badan Pertimbangan Kota
Praja Istimewa (Syi Sangi In).
Banyak orang Indonesia yang menduduki jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr. Husein Jayadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama (1 Oktober 1943) dan pada tanggal 10 November 1943 Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A. Surio masing-masing diangkat menjadi Kepala Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara. Di samping itu, ada enam departemen (bu) dengan gelar sanyo, seperti berikut.
Banyak orang Indonesia yang menduduki jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr. Husein Jayadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama (1 Oktober 1943) dan pada tanggal 10 November 1943 Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A. Surio masing-masing diangkat menjadi Kepala Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara. Di samping itu, ada enam departemen (bu) dengan gelar sanyo, seperti berikut.
a. Ir. Soekarno, Departemen
Urusan Umum (Somubu).
b. Mr. Suwandi dan dr.
Abdul Rasyid, Biro Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Dalam Negeri
(Naimubu-Bunkyoku).
c. Dr. Mr. Supomo,
Departemen Kehakiman (Shihobu).
d. Mochtar bin Prabu
Mangkunegoro, Departemen Lalu Lintas (Kotsubu).
e. Mr. Muh. Yamin,
Departemen Propaganda (Sendenbu).
f. Prawoto Sumodilogo,
Departemen Ekonomi (Sangyobu).
Dengan demikian masa
pendudukan Jepang di Indonesia membawa dampak yang sangat besar dalam birokrasi
pemerintahan.
MILITER
Di Indonesia ada beberapa
kesatuan pertahanan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang, seperi berikut.
a. Kesatuan Pertahanan
Semimiliter
1) Seinendan (Barisan
Pemuda)
Seinendan dibentuk pada
tanggal 29 April 1943. Anggotanya terdiri atas para pemuda yang berusia antara
14–22 tahun. Mereka dididik militer agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah
airnya dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi, tujuan yang sebenarnya ialah
mempersiapkan pemuda untuk dapat membantu Jepang dalam menghadapi tentara
Sekutu dalam Perang Asia Pasifik.
2) Keibodan (Barisan
Pembantu Polisi)
Keibodan dibentuk pada
tanggal 29 April 1943. Anggotanya terdiri atas para pemuda yang berusia 26–35
tahun dengan tugas, seperti menjaga lalu lintas, pengamanan desa, dan
lain-lain. Barisan ini di Sumatra disebut Bogodan, sedangkan di Kalimantan
dikenal dengan nama Borneo Konan Hokokudan.
3) Fujinkai (Barisan
Wanita)
Fujinkai dibentuk pada
bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas para wanita berusia 15 tahun ke
atas. Mereka juga diberikan latihan-latihan dasar militer dengan tugas untuk
membantu Jepang dalam perang.
4) Jibakutai (Barisan
Berani Mati)
Jibakutai dibentuk pada
tanggal 8 Desember 1944. Barisan ini rupanya mendapatkan inspirasi dari pilot
Kamikaze yang sanggup mengorbankan nyawanya dengan jalan menabrakkan pesawatnya
kepada kapal perang musuh.
b. Kesatuan Pertahanan
Militer
1) Heiho (Pembantu Prajurit
Jepang)
Heiho adalah prajurit
Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik
Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Mereka yang diterima menjadi anggota
adalah yang memenuhi syarat, antara lain berbadan sehat, berkelakuan baik,
berpendidikan terendah SD, dan berumur 18–25 tahun. 2) Peta ( Pembela Tanah
Air)
Peta dibentuk pada tanggal
3 Oktober 1943, dengan tugas mempertahankan tanah air.
Dengan demikian, pendudukan
Jepang di Indonesia membawa dampak yang sangat besar dalam bidang kemiliteran.
Pemuda-pemuda yang tergabung dalam organisasi, baik semimiliter maupun militer
menjadi pemuda-pemuda yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran. Hal ini
sangat penting artinya dalam perjuangan, baik untuk merebut kemerdekaan, maupun
untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
PENGGUUNAAN BAHASA
INDONESIA
Bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar digunakan di semua sekolah dan dianggap sebagai mata pelajaran
utama, sedangkan bahasa Jepang diberikan sebagai mata pelajaran wajib. Surat
kabar dan radio juga menggunakan bahasa Indonesia sehingga mempercepat
penyebarluasan bahasa Indonesia.
Begitu juga papan nama toko, nama rumah makan, perusahaan dan sebagainya yang menggunakan bahasa Belanda harus diganti dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Dengan meluasnya penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi maka akan mempercepat dan mempertebal semangat kebangsaan menunju integrasi bangsa.
Begitu juga papan nama toko, nama rumah makan, perusahaan dan sebagainya yang menggunakan bahasa Belanda harus diganti dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Dengan meluasnya penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi maka akan mempercepat dan mempertebal semangat kebangsaan menunju integrasi bangsa.
KEBUDAYAAN
Bahasa Indonesia adalah
salah satu unsur kebudayaan sehingga dengan digunakannya bahasa Indonesia
secara luas akan mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia. Pada tanggal 20
Oktober 1943 atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia didirikanlah Komisi
(Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah menentukan terminologi,
yaitu istilah-istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa normatif dan
menentukan kata-kata yang umum bagi bahasa Indonesia.
SASTRA
Hasil karya sastra, seperti
roman, sajak, lagu, lukisan, sandiwara, dan film. Agar hasil karya sastra tidak
menyimpang dari tujuan Jepang, maka pada tanggal 1 April 19943 di Jakarta
didirikan Pusat Kebudayaan degan nama Keimin Bunko Shidosho.
Hasil karya sastra yang
terbit, seperti Cinta Tanah Air karya Nur Sutan Iskandar, Palawija karya Karim
Halim, Angin Fuji karya Usmar Ismail. Gubahan untuk drama, seperti Api dan
Cintra karya Usman Ismail; Topan di Atas Asia dan Intelek Istimewa karya El
Hakim (dr. Abu Hanifah). Mengenai seni musik, komponis C. Simandjuntak berhasil
menciptakan lagu Tumpah Darahku dan Maju Putra-Putri Indonesia