Agama Hindu merupakan agama dominan di
Asia Selatan—terutama di India dan Nepal—yang mengandung aneka ragam tradisi.
Agama ini meliputi berbagai aliran—di antaranya Saiwa, Waisnawa, dan
Sakta—serta suatu pandangan luas akan hukum dan aturan tentang "moralitas
sehari-hari" yang berdasar pada karma, darma, dan norma kemasyarakatan.
Agama Hindu disebut sebagai agama tertua di dunia yang masih
bertahan hingga kini, dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai
Sanātana-dharma (Dewanagari: सनातन धर्म), artinya "darma abadi" atau "jalan abadi” yang
melampaui asal mula manusia. Agama ini menyediakan kewajiban "kekal"
untuk diikuti oleh seluruh umatnya—tanpa memandang strata, kasta, atau
sekte—seperti kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri.
Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari anak benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali). Sang Buddha hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu antara abad ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era Umum). Beliau dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri ketidaktahuan/kebodohan (avidyā), kehausan/napsu rendah (taṇhā), dan penderitaan (dukkha), dengan menyadari sebab musabab saling bergantungan dan sunyatam dan mencapai Nirvana.
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia.
Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih ke jalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut.
Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia.
Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih ke jalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut.
Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia.
Memasuki abad Masehi, antara Indonesia dengan India sudah terjalin hubungan terutama dalam perdagangan. Setelah jalur perdagangan India dengan Cina lewat laut (tidak lagi melewati jalan darat), maka selat Malaka merupakan alternatif terdekat yang dilalui pedagang. Dalam hubungan tersebut masuk dan berkembang pula agama dan budaya India di Indonesia. Peristiwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada abad pertama Masehi membawa pengaruh yang sangat penting. Peristiwa tersebut menandai berakhirnya jaman prasejarah Indonesia dan memasuki jaman sejarah serta membawa perubahan dalam susunan masyarakat dan kebudayaan yang berkembang di Indonesia.
Proses masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, sering disebut penghinduan. Pada dasarnya istilah ini sebenarnya kurang tepat, karena disamping agama Hindu, masuk pula agama Budha. Proses ini terjadi didahului adanya hubungan Indonesia dengan India, sebagai akibat perubahan jalur perdagangan dari jalur tengah (sutera) berganti ke jalur pelayaran (rempah-rempah. Hal ini didasarkan bukti peninggalan arca dan prasasti di Indonesia. Sedangkan di India terdapat karya sastra, diantaranya kitab Jataka, Ramayana dan Raghuwamsa. Kitab Jataka berisi kisah perjalanan Budha yang menjumpai Swarnabhumi. Kitab Ramayana terdapat istilah Jawadwipa dan Swarnabhumi. Kitab Raghuwamsa karya Kalisada tentang perdagangan India yang menyebutkan Dwipantara sebagai asal bahan perdagangan cengkih atau lavanka.
Proses masuknya agama Hindu ke Indonesia melalui proses yang panjang, malah belum dapat diungkap secara pasti. Karena itulah penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat/teori berikut :
1. Teori WaisyaTeori Waisya mengungkapkan bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh golongan pedagang (waisya). Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim (setengah tahun berganti arah), maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.Menurut para pendukung teori waisya, kaum waisya yang umumnya merupakan kelompok pedagang inilah yang berperan besar dalam menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu ke Nusantara. Mereka yang menjadikan munculnya budaya Hindu sehingga dapat diterima di kalangan masyarakat.. Pada saat itu, para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa dan rakyat. Jalinan hubungan itu yang membuka peluang terjadinya proses penyebaran agama dan budaya Hindu. Salah satu tokoh pendukung hipotesis waisya adalah N.J. Krom.
2. Teori Ksatria
a. C.C. Berg
Ia menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
b. Mookerji
c. J.L. Moens
3. Teori Brahmana
Karena itulah teori ini mempertegas bahwa hanya kasta Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh dan benar. Para Brahmanalah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya dapat dilakukan oleh golongan Brahmana.
Ilustrasi : Brahmana mengajarkan ajarannnya |
4. Teori Sudra
5. Teori Campuran
Teori ini beranggapan bahwa baik kaum brahmana, ksatria, para pedagang, maupun golongan sudra bersama-sama menyebarkan agama Hindu ke Indonesia sesuai dengan peran masing-masing.
6. Teori Arus Balik/Teori Nasional
Orang-orang Indonesia ikut memegang peranan penting dalam masuknya agama dan budaya India. Mereka yang memiliki pengetahuan dari para pendeta India kemudian pergi ke tempat asal guru mereka untuk melakukan ziarah dan menambah ilmu mereka.Sekembalinya dari India dengan bekal pengetahuan yang cukup, mereka ikut serta menyebarkan agama dan budaya Hindu-Buddha di Indonesia dengan memakai bahasa mereka sendiri. Ajaran-ajaran yang mereka sebarkan dapat lebih cepat diterima oleh penduduk. Jadi, proses masuknya budaya India ke Indonesia menjadi lebih cepat dan mudah.
Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan Ksatria dan Waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyeberangi laut.
Jalur Budaya Hindu dan Buddha ke IndonesiaAgama dan budaya Hindu-Buddha masuk di Indonesia melalui dua jalur di bawa oleh pedagang atau pendeta dari India dan Cina, jalur yang dilalui yaitu jalur darat dan jalur laut.
1. Jalur LautMereka melalui jalur laut mengikuti rombongan kapal-kapal pedagang yang biasa lalu-lalang dalam kegiatan perdagangan pelayaran dari Asia Selatan ke Asia Timur. Rute yang ditempuh dapat diketahui yaitu dari India menuju Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia, Kamboja, Cina, Vietnam, Korea dan Jepang. Ketika angin moson barat ada yang berlayar ke Indonesia.
2. Jalur DaratPenyebar Hindu-Buddha melalui jalur darat dengan menumpang kepada para kafilah yang disebut jalur sutra yaitu dari India ke Tibet melanjutkan ke Utara hingga Cina, Korea dan Jepang. Ada yang melakukan perjalanan dari India Utara ke Bangladesh, Myanmar, Tahiland, Semenanjung Malaya selanjutnya ke Indonesia.
Penelitian bahan epigrafi dan sastra kuno serta ekskavasi arkeologi masih dapat mengungkapkan keterangan lebih banyak lagi mengenai corak budaya Indonesia kuna yang mendapat pengaruh budaya India. Tetapi proses masuknya pengaruh budaya India agaknya telah jelas. Dimungkinkan proses tersebut karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India. Tetapi proses yang menyebabkan suburnya budaya Indonesia terjadi karena inisiatif bangsa Indonesia yang cukup selektif untuk menerima dan memadukan dengan budaya lokal. Dengan demikian ternyata unsur-unsur budaya India tidak pernah menjadi unsur dominan dalam kerangka budaya Indonesia secara utuh.
Oke, sekian artikel mengenai teori masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia. Teori ini tentu merupakan hasil analisis dari berbagai sumber sehingga wajarlah bila ada perbedaan pendapat diantara para ahli.
0 komentar:
Posting Komentar